Amazing Bromo
Aku
berkesempatan mengunjungi Bromo hanya satu hari satu malam disana. Menuju
gunung Bromo bus rombonganku berhenti ternyata kita dioper untuk menaiki elep.
Udara disana begitu dingin sehingga banyak masyarakat yang berjualan kaos kaki
dan sarung tangan. Aku sampai di Desa Ngadisari tengah malam.
Pagi hari aku
berangkat untuk melakukan wawancara dengan penduduk sekitar. Saat aku melihat
ke lingkungan sekitar betapa indahnya Desa Ngedisari di lingkari oleh gunung
dan bukit-bukit yang indah. Tanaman yang ditanam di sana bukanlah padi
melainkan tanaman holtikultura. Ada pengalaman menarik di sini saat aku dan
temanku melakukan wawancara sampai ke perbatasan desa dan kita tersesat. Namun
akhirnya salah satu keluarga bromo mengantar kami ke penginapan. Masyarakat
suku tengger begitu ramah.
Aku menuju gunung bromo dengan
berjalan kaki karena jaraknya yang tidak begitu jauh dari penginapan. Aku
sangat takjub melihat hamparan pasir yang mengelilingi gunung, indah sekali.
Setelah
berjalan jauh ternyata aku harus menaiki anak tangga. Aku sangat takut melihat
ke belakang akhirnya dengan susah payah aku sampai di puncak. Namun saat berada
di puncak gunung perasaanku tak tenang karena takut jatuh ke kawah.
Setelah
beberapa lama menikmati keindahan aku turun. Tetapi saat aku turun sepetinya
kakiku enggan untuk melangkah. Aku sudah membayangkan akan jatuh. Tiba-tiba air
mataku menetes, teman-temanku kaget dan membantuku menuruni tangga. ini
merupakan pengalaman yang paling memalukan. Setelah itu aku naik jeep untuk
sampai ke penginapan.
Selama satu hari di
Bromo aku merasa belum begitu mengenal adat istiadat yang ada di sana yang aku
lihat mayoritas suku tengger beragama hindu sehingga sering membuat sesaji ke
gunung bromo untuk meminta keselamatan. Kearifan masyarakat tengger begitu kental
semoga tetap mempertahankan kearifan lokal disaat budata modernisasi menyebar
dengan pesat.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda