Sabtu, 28 Februari 2015

Amazing Bromo

Aku berkesempatan mengunjungi Bromo hanya satu hari satu malam disana. Menuju gunung Bromo bus rombonganku berhenti ternyata kita dioper untuk menaiki elep. Udara disana begitu dingin sehingga banyak masyarakat yang berjualan kaos kaki dan sarung tangan. Aku sampai di Desa Ngadisari tengah malam. 
Pagi hari aku berangkat untuk melakukan wawancara dengan penduduk sekitar. Saat aku melihat ke lingkungan sekitar betapa indahnya Desa Ngedisari di lingkari oleh gunung dan bukit-bukit yang indah. Tanaman yang ditanam di sana bukanlah padi melainkan tanaman holtikultura. Ada pengalaman menarik di sini saat aku dan temanku melakukan wawancara sampai ke perbatasan desa dan kita tersesat. Namun akhirnya salah satu keluarga bromo mengantar kami ke penginapan. Masyarakat suku tengger begitu ramah.

            Aku menuju gunung bromo dengan berjalan kaki karena jaraknya yang tidak begitu jauh dari penginapan. Aku sangat takjub melihat hamparan pasir yang mengelilingi gunung, indah sekali. 

Setelah berjalan jauh ternyata aku harus menaiki anak tangga. Aku sangat takut melihat ke belakang akhirnya dengan susah payah aku sampai di puncak. Namun saat berada di puncak gunung perasaanku tak tenang karena takut jatuh ke kawah.

Setelah beberapa lama menikmati keindahan aku turun. Tetapi saat aku turun sepetinya kakiku enggan untuk melangkah. Aku sudah membayangkan akan jatuh. Tiba-tiba air mataku menetes, teman-temanku kaget dan membantuku menuruni tangga. ini merupakan pengalaman yang paling memalukan. Setelah itu aku naik jeep untuk sampai ke penginapan.

Selama satu hari di Bromo aku merasa belum begitu mengenal adat istiadat yang ada di sana yang aku lihat mayoritas suku tengger beragama hindu sehingga sering membuat sesaji ke gunung bromo untuk meminta keselamatan. Kearifan masyarakat tengger begitu kental semoga tetap mempertahankan kearifan lokal disaat budata modernisasi menyebar dengan pesat. 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda